Hari Ini Pulang

    Setelah tiga hari dua malam harus berada di sini, ini rangkaian sebuah usaha, diiringi doa. Berharap yang terbaik yang akan Tuhan anugrahi. Semoga dibuahkan hasil yang diharapkan. Ini adalah perjalanan IVF kami yang ke dua, setelah satu tahun lalu usaha kami masih belum mendapat jawaban yang kami inginkan, sebagai manusia kami terus berusaha dan berdoa,  hasil bukan ranah kami. Tuhan yang menentukan, kami hanya menjalankan karma yang sudah digariskan yang kami bawa dari lahir. Berenkarnasi kembali menjadi manusia dan sampai pada tahap ini, dalam kepercayaan kami meyakini adanya karma phala dan kelahiran kembali sesuai dengan karma, atau perbuatan yang telah kami lakukan. 

    Kami, saya dan suami adalah seorang Hindu, dilahirkan di pulau Dewata Bali, di sebuah kabupaten dengan budaya dan seni yang mendunia, Gianyar. Namun, profesi kami bukanlah sebagai seniman, kami bergelut di bidang pelayanan kesehatan. Saya adalah seorang bidan, dan suami saya adalah seorang perekam medis, kami bekerja di rumah sakit yang berbeda di wilayah Denpasar, sekitar 60 menit dari tempat tinggal kami. Kegiatan adat, budaya, keagamaan membuat kami lebih sering berada di rumah, harus bolak-balik bekerja dan pulang untuk bersosialisasi. Kami menjalankan peran yang memang didapatkan oleh orang Bali yang sudah menikah, menjadi anggota Banjar (Dusun), melaksanakan tugas dan kewajiban, selain peran di tempat kami bekerja, peran saat kami di rumah dan peran di rumah para orang tua kami. Setiap peran membawa tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Semakin kami menikmatinya semakin terhanyut dan bila mulai ada rasa penolakan maka akan  merasa semua peran itu adalah sebuah beban. 

    Bila kita menikmati, apapun itu disanalah akan terasa kelegaan, terasa lepas tidak ada yang memberi beban, tak ada yang mengharuskan, namun bila timbul rasa yang terkadang mengalahkan logika, rasa tidak enak. Inilah yang membuat kita menjadi terbebani dan tidak melakukan suatu hal dengan ikhlas. Menurut saya ini pula yang membuat banyak dari kami memilih kehidupan modern mulai meninggalkan warisan kebersamaan yang sudah dari dulu terbentuk. Hal yang menurut saya merupakan warisan yang sangat indah namun dengan berjalannya waktu berubah menjadi tua dan tak seindah dulu. Mata siapa yang masih mampu membuatnya indah, harusnya mata yang memiliki, namun ternyata tak seperti itu, yang saya lihat sekarang malah para mata dari luar yang sama sekali tidak mengenal, mereka belajar dan ingin seperti kita. Sungguh pribahasa rumput tetangga terlihat lebih hijau memang benar adanya, namun saya tidak berhak menghakimi, Adalah pilihan setiap orang yang terpenting tidak saling  mencela dan menghujat. 

    Kembali pada perjalanan IVF kami, saat ini saya sudah berada di sebuah kamar yang kami kontrak di Denpasar, tempat untuk istirahat dan menanti selama dua minggu. Sungguh bukan hari-hari yang mudah karena terkadang masih saja terbersit  di fikiran tentang bagaimana hasilnya nanti, namun harus berusaha ikhlas, tenang, berserah, enjoy, apapun itu yang penting tak menjadikannya beban. Hari ke 4, tak terasa ada yang aneh, hanya perut kembung yang kadang-kadang masih terasa, belum juga ada flek seperti yang dikatakan adalah sebuah tanda nidasi atau penempelan. Hanya bisa berdoa, berharap hasil bahagia. Masih ada 10 hari ke depan, dan semoga Tuhan mempercayakan pada kami titipan buah hati, seorang yang memanggil kami ibu dan bapak...

Komentar